Manusia dasar
pelupa. Begitulah diriku.
Sering kali kita
hanya memberikan yang terbaik, hanya kepada orang-orang yang ‘kurang tepat’, kepada
mereka yang baru saja dikenal, kepada mereka yang bahkan asing sama sekali.
Bersikap sopan santun karena takut untuk dijauhi, berbicara lemah lembut karena
takut dipecat. Sisi lain, bisa sekali kita bersikap keras dan berkata kasar
kepada kedua orang tua kita. Pertanyaannya, bagaimana bisa? Bukankah mereka
yang sedari dulu membesarkan kita? Bukankan dari dulu mereka yang meneteskan
keringat jerih payahnya untuk kita? Lalu mengapa sikap dan tutur terbaikmu,
kamu peruntukkan tidak kepada mereka? Malu.
Berikut
saudara-saudaramu. Mereka yang telah membersamaimu dalam perjuangan hingga saat
ini. Memberikan nasihat penguat saat kamu jatuh. Mendengarkan seksama segala
keluhan darimu. Lalu pantaskah, pemberian cuma-cumamu hanya kamu peruntukkan
kepada mereka yang tidak memberikan apa yang telah diberikan saudaramu untukmu?
Kemana letak kesadaranmu? Malu.
Aku malu
pada-Mu. Saat aku hanya menginginkan yang terbaik dari-Mu, tapi aku tidak
pernah sama sekali merasa telah memberikan yang terbaik untuk-Mu. Sering kali
hanya menjauh. Mengejar sesuatu yang Engkau ingatkan untuk diwaspadai.
Melewatkan dengan mudahnya sunah-sunah ibadah untukmu. Padahal dosa ini terus
bertambah. Kemana niat hati murni kamu peruntukkan? Bukankah seharusnya
kepada-Nya yang memberikan apa yang kamu miliki selama ini? Malu.
Ya Allah... aku malu pada-Mu...
Ya Allah... ampuni aku….
Ya Allah... ampuni aku….
“Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh,
Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS. 16:18)
Komentar
Posting Komentar