Langsung ke konten utama

Berbisik


Banyak lisan yang tak tersampaikan.  Masih banyak tulisan yang tersimpan. Pun dengan perbuatan yang tertahankan. Semua karena perasaan yang telah berdiri tegak di perbatasan. Bukan karena keraguan, hanya waktu yang akan membuktikan.

Untuk setiap lisan, tulisan dan perbuatan yang tertuju untukmu, cobalah dengarkan bisikku.
***

Ssssst!
Teruslah memperbaiki diri.
Itu pintaku padamu. Mengapa? Karena begitulah seharusnya.
Biarkan yang memilikimu seutuhnya yang menentukan. Aku bukan Tuhan. Tak bisa seenakku, menentukan dirimu untukku, meskipun sebegitu besar keinginanku. Kelak Tuhan pasti akan memberikan padamu seseorang yang tepat.  Bukankah Tuhan Maha Mengetahui? Termasuk yang terbaik untuk dirimu kan? Kau tau, sering kali kuberpikir, betapa diriku masih tak pantas untuk bersanding denganmu. Banyak kekurangan dan kelemahanku yang tak kau ketahui.

Kita belajar meletakkan pengharapan kepada Tuhan, bukan kepada selainnya. Lihatlah, tidak akan ada kekecewaan nantinya. Kau juga bilang, kita harus bersiap untuk segala kemungkinan kan? Jadi, tetaplah di perbatasan, sebagaimana yang Tuhan tetapkan. Agar kelak, Tuhan benar-benar ridho, bila suratan takdir membuat kita bersatu dalam mahligai pernikahan.

Ssssst!
Cinta sejati itu sederhana.
Aku ingin membuatnya begitu. Kita buat sederhana, semoga menjadi yang sejati. Bak penyair katakan, “dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
***

Apa kamu dengar? Bisikku setiap kali bertemu.
I’ am on my way to be deserved.

To be with you…


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Segenap Kekurangan

Captured April 6, 2021 Menjalani kehidupan di jenjang yang berbeda membutuhkan penyesuaian. Dalam segala hal. Terlebih bagi seorang pasangan suami istri yang menjalani kehidupan 24 jam Bersama. Seperti halnya pasangan yang lain, sudah tentu masing-masing dari kami memiliki banyak kekurangan. Satu hal yang kupercaya, bahwa Allah SWT. mempertemukan kedua insan dalam bahtera rumah tangga, pasti keduanya dipertemukan untuk saling melengkapi kekurangan-kekurangan itu. Sampai detik ini, dengan segala kekuranganku yang terjaga dengan kelebihan istriku, aku berjanji untuk selalu mencoba menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menjadi seorang imam yang baik, seorang sahabat yang peduli, seorang teman yang baik bagi dirinya. Aku berjanji… Ah iya.. foto itu diambil saat piknik di Glamping Jogja. Dengan 2 buah sepeda lipat yang sudah jarang terpakai… :p Mudah-mudahan bisa terpakai lagi dengan latar foto yang berbeda 😊

Harapan dan Penyesalan

Rasanya aku sudah terlalu akrab dengan apa yang kita sebut sebagai "penyesalan". Sampai-sampai aku sudah tidak bisa lagi memunculkan harapan, hanya karena takut menyesal. Iya. Harapan. Sebelumnya aku berpikir, bahwa sumber dari penyesalan adalah harapan. Maka kalau tidak mau menyesal ya jangan berharap. Sampai akhirnya, aku baru menyadari. Bahwa tidak berharap, justru membuatku tetap menyesal pada akhirnya. Bahkan penyesalannya lebih besar. Bagaimana bisa? Aku coba kenali kembali seluruh skenario penyesalan yang pernah terjadi di dalam hidupku sampai detik ini. Skenario terbanyak mungkin seperti ini : ketika aku menginginkan suatu hal, tapi kenyataannya aku tidak pernah melakukan sedikit pun usaha untuk itu. Seknario lain : ketika aku memiliki keinginan, kemudian aku melakukan, tapi nyatanya apa yang aku lakukan adalah salah atau kurang tepat. Sehingga hasil yang aku peroleh tak sesuai dengan harapan. Dua skenario penyesalan tersebut yang aku rasa ada dalam kehi...

Perjalanan Rasa

Ada hal yang berbeda. Tak biasa. Saat itu juga, bermula perjalanan rasa. Siapa yang mengira, dengan mengenalmu, mampu memunculkan rasa. Mungkin suka. Jika dengan itu, jelas mengapa jantung terpacu saat bertemu. Mungkin juga cinta. Jika dengannya, menjadi alasan untuk berani berkorban. Ataukah semata nafsu? Hanya memberi belenggu, sementara waktu. Namun, bagaimana bisa hati ini rindu? Bahkan untuk sekian waktu. Sebut sajalah, karena dirimu. Tempat berangkat rasa yang mengikat. *** Karena dirimu, bagiku adalah perlawanan. Mengatakan mungkin akan mengacaukan keadaan. Tak ada pilihan, kecuali memendam perasaan. Membiarkannya mengalir bak air gunung yang menghilir. Laut jadi tujuan, kemarau menjadi ancaman. Karena dirimu, bagiku adalah persiapan. Tak bisa asal-asalan. Karena aku tahu, Ayahmu butuh dasar untuk mengiyakan. Dan Ibumu butuh akhlak jernih nan murni untuk merestui. Persoalan ini tidak mudah. Melelahkan, tapi bukankah putri kerajaan ditakdirkan unt...