Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Kepompong

Sebuah video yang dibuat akibat keisengan belaka. Momentumnya setelah berperang 'cyber war'   alias pemilihan wahana internsip.  Semoga menjadi kenangan selamanya untuk masa depan. :)

Jika Nanti

Jika nanti, kamu temukan seseorang yang lebih dariku dalam segala hal, semampumu pertahankanlah dia dengan baik. Karena bisa jadi, dia tidak diciptakan untuk dilewatkan olehmu berulang kali. Jika nanti, datang padamu seseorang yang tetap ingin bersamamu saja meski dia telah tahu kurangmu, tolong jangan pernah kamu siakan. Karena saat itulah, kamu menjadi orang yang paling beruntung sedunia–dicinta tanpa perlu meminta. Jika nanti, ada seseorang yang berupaya keras meyakinkanmu bahwa ada cintanya untukmu, silakan pegang erat tangan dan keinginannya. Karena harus kamu tahu, melepaskannya adalah jenis kesalahan yang akan kamu sesali selamanya. Jika seseorang yang baik itu tiba dalam perjalananmu melupakanku, jangan pernah pikirkan kecewaku. Teruslah berjalan dan jatuh cintalah lagi. Walaupun akan terasa sulit bagiku, tapi aku telah cukup bangga sebab tugasku begitu mulia–menyerahkan hatimu kepada seseorang yang lebih tepat dariku. Jika semua itu terjadi, jangan pernah men

Harapan dan Penyesalan

Rasanya aku sudah terlalu akrab dengan apa yang kita sebut sebagai "penyesalan". Sampai-sampai aku sudah tidak bisa lagi memunculkan harapan, hanya karena takut menyesal. Iya. Harapan. Sebelumnya aku berpikir, bahwa sumber dari penyesalan adalah harapan. Maka kalau tidak mau menyesal ya jangan berharap. Sampai akhirnya, aku baru menyadari. Bahwa tidak berharap, justru membuatku tetap menyesal pada akhirnya. Bahkan penyesalannya lebih besar. Bagaimana bisa? Aku coba kenali kembali seluruh skenario penyesalan yang pernah terjadi di dalam hidupku sampai detik ini. Skenario terbanyak mungkin seperti ini : ketika aku menginginkan suatu hal, tapi kenyataannya aku tidak pernah melakukan sedikit pun usaha untuk itu. Seknario lain : ketika aku memiliki keinginan, kemudian aku melakukan, tapi nyatanya apa yang aku lakukan adalah salah atau kurang tepat. Sehingga hasil yang aku peroleh tak sesuai dengan harapan. Dua skenario penyesalan tersebut yang aku rasa ada dalam kehi

I Won't Give Up

When I look into your eyes It's like watching the night sky Or a beautiful sunrise Well, there's so much they hold And just like them old stars I see that you've come so far To be right where you are How old is your soul? Well, I won't give up on us Even if the skies get rough I'm giving you all my love I'm still looking up And when you're needing your space To do some navigating I'll be here patiently waiting To see what you find 'Cause even the stars they burn Some even fall to the earth We've got a lot to learn God knows we're worth it No, I won't give up I don't wanna be someone who walks away so easily I'm here to stay and make the difference that I can make Our differences they do a lot to teach us how to use The tools and gifts we got, yeah, we got a lot at stake And in the end, you're still my friend at least we did intend For us to work we didn't brea

Yang Terbaik

Manusia hidup dengan keinginan. Mereka mempersiapkan segala sesuatu demi mewujudkan apa yang menjadi cita-cita mereka. Sebagian mendapatkan, sebagian tidak. Sebagian merasa gembira dengan perolehannya. Sebagian tidak. Merasa sedih dengan kegagalannya. Manusia memang dituntut untuk menyempurnakan usaha. Karena dengan begitu, kita bisa menjemput takdir Tuhan untuk kita. Genapkan usaha. Kemudian berserah. Rahasia terbesarnya ialah, apa yang menurut kita baik dalam pandangan kacamata manusia, ternyata belum tentu sejatinya baik. Sebaliknya, apa yang buruk menurut manusia, belum tentu sejatinya buruk.  Percayalah. Dengan begitu, semua yang kita hadapi dalam kehidupan ini, akan menjadi bentuk syukur kita kepadaNya. Tidak patut terlalu bergembira atas pemberian dariNya, juga tidak akan bersedih tentang apa yang luput dari keinginan kita. "Aku menjadi paham jika prasangkaku hanya sekedar prasangka. Tidak lebih. Dan kini kutemui, apa-apa yang terbaik itu tidak pernah ada da

Jarak

Tidak selamanya apa yang kita sebut sebagai 'jarak' memberikan sebuah persepsi yang negatif. Setidaknya itu yang aku sadari saat ini. Jarak ini, yang aku lalui saat ini, adalah jarak terbaik yang pernah ada. Mengapa? Karena dengan jarak tersebut aku semakin menyadari bahwa aku masih perlu membenahi diri sendiri. Mendekat kepadamu saat ini rasanya hanya akan menghancurkan diri sendiri. Tuhan yang tahu, alasan dan tujuan aku berjarak kepadamu. Maka biarkan, rindu ini kepadamu, aku titipkan kepada Tuhan. Dan aku yakin, Tuhan Yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya, termasuk dirimu.  Rindu yang tersimpan rapi apabila ini terbaik untukmu, percayalah, akan sampai kepadamu. Jika tidak, tak mngapa, aku tetap menikmati kesendirianku dengan Tuhan. Karena dengan itu aku belajar untuk tetap berserah diri padaNya. Jadi...tetaplah pada jarak tersebut. Biarkan aku mengamatimu dari jauh. Membiarkan engkau tumbuh laksana bunga indah yang menanti mekar di penghuhung wak

Mengenalmu

Kehidupan yang terus berjalan. Selalu mempertemukan dan juga memisahkan. Mereka yang meninggalkan akan tergantikan. Sebagian akan tetap bertahan. Karena mereka telah digariskan. Bahagiaku adalah ketika bisa mengenalmu. Bahkan untuk bisa sekedar bercanda denganmu, aku sudah sebahagia itu. Mungkin kamu tidak tau. Maka, biarkan aku menyimpan rasa itu. Menyimpannya dalam sudut kecil ruang hatiku. Aku akan menunggu. Sebuah perpisahan denganmu. Akan kunikmati dengan caraku. Mungkin kamu tidak tau. Tapi biarkan, perpisahan saat itu, Menjadi kepingan penutup bagiku Ketika aku bisa mengenalmu… Dan dalam keheningan aku beradu Mengharapkanmu untuk tetap bersamaku Mungkin kamu tidak tau

Cukup

  Ada bagian hati yang tidak tersampaikan, kemudian kita temukan kata ‘cukup’ untuk mengakhirinya.             Mungkin begitu semestinya.

Berlari

Tiba-tiba aku ingin berlari saat ini. Entah… mungkin sulit untuk menjelaskan dengan pasti bagaimana perasaanku saat ini. Tapi rasanya, berlari bisa memberiku suatu kelegaan tersendiri saat ini, barang sesaat saja, yang dengan itu aku bisa melupakan sejenak beban apa yang aku pikul detik ini. Pernah merasakan seperti itu? Hidup memang seperti itu. Naik dan turun. Jatuh dan bangun. Terangkat melambung tinggi, bahkan hingga terpuruk jatuh ke palung yang dalam. Seperti itu kah memang sebuah drama kehidupan? Rasanya aku ingin berlari saja. Melewatkan beberapa detik kehidupan yang menurutku, saat ini, mungkin aku tidak bisa menghadapinya. Inginku hanya melewatinya saja. Sudah demikian. Entah bagaimana pun hasilnya seperti apa. Itu urusan nanti. Paham maksutku? Mungkin itu alasannya aku ingin berlari saja. Sungguh ironi. Mengingat di saat aku merasa, suatu ketika aku percaya aku bisa menghadapinya. Tapi kemudian, saat ini, berada pada perasaan seperti ini. Memalukan. Kau tau

Perjuangan Lampau

Hidup tiada mungkin tanpa perjuangan, tanpa pengorbanan. Begitu salah satu potongan lirik sebuah lagu yang menggambarkan bagaimana kehidupan kita semestinya. Bila dipahami sebaliknya, kalau tanpa perjuangan dan pengorbanan, artinya kita sudah ‘mati’. Hidup di jaman sekarang pun semakin menegaskan itu, seperti hukum kekal alam rimba, ‘siapa yang kuat dia yang berkuasa, yang lemah akan binasa’ , dan untuk kuat itu kita perlu suatu perjuangan dan tentu pengorbanan. *** Pernah merasakan suatu perjuangan yang berbuah nyata? Kali ini aku akan bercerita tentang suatu masa dimana aku merasakan perjuangan dan pengorbanan hingga akhirnya mendapatkan keberhasilan dan kepuasan. Saat itu di kala aku jenjang sekolah dasar. Mulanya aku hanyalah bocah ingusan, saat duduk di bangku kelas 1 SD, tidak pernah peduli dengan pekerjaan rumah, bahkan saat itu semua pekerjaan rumahku, orang tuaku lah yang membuatnya. Aku? Sibuk bermain di luar rumah. Beranjak ke Kelas 2, tidak banyak ya

Penyesalan

Salah satu hal yang paling aku benci di dunia ini adalah penyesalan. Mengapa? Karena ia datang di akhir dan kita tidak memiliki mesin waktu untuk merubahnya kembali. Kemudian hanya memberikan bekas guratan di hati dan seringnya tidak bisa menghilang begitu saja. Ia membekas. Membentuk gambaran hati yang baru. Setiap orang tentunya tidak ingin menyesal. Bagiamana agar kita tidak menyesal? Masing-masing kita harus bisa memilih pilihan terbaik begitu dalam perjalanan hidup, kita tiba di sebuah persimpangan. Persimpangan jalan yang memang harus kita lalui untuk mencapai tujuan kita. Ada persimpangan kecil dan juga besar, layaknya jalan-jalan di kota. Tugas kita adalah menentukan pilihan jalan sehingga pada akhirnya, harapan kita, kita sampai pada tujuan kita. Akan ada banyak pilihan langkah hidup yang akan kita lalui, bahkan dalam setiap detiknya. Termasuk detik ini dimana aku memilih untuk menuliskan kegundahanku, daripada aku melakukan kegiatan yang lain detik ini. Keg

Kesempatan dan Pembuktian

Halo :)) Lama tak berjumpa. Rasanya sudah kaku jari jemari ini untuk menuliskan curahan-curahan kegelisahan, meluapkan emosi dan ceriwis-ceriwis lainnya, hehe. Hari ini salah seorang temanku mengingatkanku, pelajaran tentang suatu kesetimbangan antara iman dan amal. Seseorang yang ia mengaku dirinya beriman, maka tak akan terbukti sampai dia membuahkan suatu amalan. Rasanya, mungkin aku terlupa dibagian itu. Sehingga terkadang, hari-hariku terasa cepat berlalu begitu saja, tanpa makna yang berarti. Kemudian, aku berpikir, kira-kira, amal apa yang bisa aku lakukan (tentunya selain amalan wajib lainnya), untuk menghidupkan hari-hariku, sebagai bukti akan keimananku. Nah akhirnya, usut segala usut, piker segala pikir, sepertinya tempat ini yang cocok untuk membantu tujuanku itu. Semoga bisa istiqomah, amin. Setidaknya dengan aku menulis seperti ini, beramal seperti ini, bisa lebih menjaga imanku. Sisi lain, juga sebagai oleh-oleh kelak saat rambutku memutih, bahwa di detik ini