Langsung ke konten utama

Penyesalan


Salah satu hal yang paling aku benci di dunia ini adalah penyesalan. Mengapa? Karena ia datang di akhir dan kita tidak memiliki mesin waktu untuk merubahnya kembali. Kemudian hanya memberikan bekas guratan di hati dan seringnya tidak bisa menghilang begitu saja. Ia membekas. Membentuk gambaran hati yang baru.

Setiap orang tentunya tidak ingin menyesal. Bagiamana agar kita tidak menyesal? Masing-masing kita harus bisa memilih pilihan terbaik begitu dalam perjalanan hidup, kita tiba di sebuah persimpangan. Persimpangan jalan yang memang harus kita lalui untuk mencapai tujuan kita. Ada persimpangan kecil dan juga besar, layaknya jalan-jalan di kota. Tugas kita adalah menentukan pilihan jalan sehingga pada akhirnya, harapan kita, kita sampai pada tujuan kita.

Akan ada banyak pilihan langkah hidup yang akan kita lalui, bahkan dalam setiap detiknya. Termasuk detik ini dimana aku memilih untuk menuliskan kegundahanku, daripada aku melakukan kegiatan yang lain detik ini. Kegundahan ini lahir karena penyesalanku telah melewatkan waktu malamku tidak sesuai dengan harapanku. Pernah mengalami? Sama denganku.

Mari, menjadikan penyesalan ini sebagai batu lompatan untuk kita kembali ke jalan tujuan kita sehingga dengan batu itu kita memiliki pijakan yang kuat untuk melompat lebih tinggi dari sebelumnya. Kalau penyesalan seringnya datang di belakang, mari membawanya ke depan. Saat kita mencoba menentukan pilihan, pikirkan apa penyesalan yang mungkin akan datang ketika kita memilih.

Jadi? Jangan mau menyesal! :)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Hope

Jika keyakinan adanya kehidupan lain setelah kehidupan di dunia ini terpatri, sungguh tidak akan ada ruang bagi kita untuk berhenti berharap Pernah mendengar suatu kisah tentang empat lilin? Mungkin kisah ini udah familiar sekali. Dalam suatu ruangan sunyi, ada empat buah lilin yang menyala, namun perlahan, sedikit demi sedikit habis meleleh. Karena begitu sunyinya, terdengarlah percakapan antara mereka. Lilin yang pertama berkata “Aku adalah DAMAI.” “Namun manusia tak lagi mampu menjagaku, maka lebih baik aku mematikan saja diriku..”. Demikian, sedikit demi sedikit sang lilin pun padam. Tersisalah tiga lilin yang masih menyala. Kemudian berkatalah lilin yang kedua, “Aku adalah IMAN.” “Namun sayang, manusia tak mau mengenaliku.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya. Tersisalah dua lilin yang masih menyala. Kemudian berkatalah lilin yang ketiga, “Aku adalah CINTA.” “Tak mampu lagi aku tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapk...

Tanam dan Tuai

Apa yang kamu tanam, itulah yang kamu tuai.                           Pepatah tua telah mengajarkan kita akan pelajaran kehidupan.   Ibaratnya seorang petani yang menanam padi, tentu akan menuai padi pada akhirnya. Tidak mungkin menuai mangga, jambu ataupun yang lain. Kebaikan dan keburukan pun berlaku seperti itu.             Seorang pernah berujar, bahwa dunia ini tidak adil. Mengapa? Ia mengatakan, orang-orang baik, yang memiliki akhlak yang bagus, mulia dan terpuji justru tidak merasakan kebaikan yang ditanamnya. Ia berpandangan begitu dengan melihat orang-orang miskin di sekitarnya. Lantas dibandingkan dengan orang-orang kaya raya, justru merasakan kebaikan dunia ini dengan kemewahannya, padahal mereka sendiri memiliki akhlak yang buruk, eogis, lupa sholat, dan lainnya. Lalu? Bagaimana dengan konsep...

Harga Sebuah Senyuman

Selalu ada hal-hal kecil yang begitu berharga, namun tak ternilai dengan harta. *** Senyuman itu tak berbiaya. Tetapi manfaatnya luar biasa. Memperkaya yang menerima. Tak memiskikankan pemberinya. Saat ini, jadilah aku pekerja, mencari cara untuk meminta senyuman berharga. Teristimewa dari orang-orang sekitar. Menghapus lara serta duka yang melingkar. Menyingkirkan kusut yang memberingsut. Sirna lelah karena masalah. Favorit! Hal itu akan menjadi pekerjaan kesukaanku nantinya. Bagaimana berupaya untuk membuatnya tersenyum. Lepas. Bahagia. Cantik. Orang bilang sebagai senyuman, senyuman yang begitu menenangkan. Memberikan kehangatan meski lisan tak terucapkan. Kelak nanti dalam sejarah cerita, senyuman itu akan selalu mengingatkan, bahwa di baliknya ada perjuangan berharga yang tidak ternilaikan, ada perasaan suci yang berusaha dijaga murni, sebaik-baiknya, selama-lamanya. Senyuman itu. Kelak, harus kujaga. Setiap terangnya hingga gelapnya. Bangunnya dan juga tidu...