Langsung ke konten utama

Kesempatan dan Pembuktian


Halo :))

Lama tak berjumpa. Rasanya sudah kaku jari jemari ini untuk menuliskan curahan-curahan kegelisahan, meluapkan emosi dan ceriwis-ceriwis lainnya, hehe. Hari ini salah seorang temanku mengingatkanku, pelajaran tentang suatu kesetimbangan antara iman dan amal. Seseorang yang ia mengaku dirinya beriman, maka tak akan terbukti sampai dia membuahkan suatu amalan. Rasanya, mungkin aku terlupa dibagian itu. Sehingga terkadang, hari-hariku terasa cepat berlalu begitu saja, tanpa makna yang berarti. Kemudian, aku berpikir, kira-kira, amal apa yang bisa aku lakukan (tentunya selain amalan wajib lainnya), untuk menghidupkan hari-hariku, sebagai bukti akan keimananku. Nah akhirnya, usut segala usut, piker segala pikir, sepertinya tempat ini yang cocok untuk membantu tujuanku itu. Semoga bisa istiqomah, amin. Setidaknya dengan aku menulis seperti ini, beramal seperti ini, bisa lebih menjaga imanku. Sisi lain, juga sebagai oleh-oleh kelak saat rambutku memutih, bahwa di detik ini, aku pernah mengalami perasaan seperti ini.

Terakhir, segala puji syukur yang agung hanya untuk Allah SWT, ketika memberikan aku kesempatan sampai detik ini, memberikanku nafas, juga kesehatan hingga masih bisa melakukan pembuktian akan imanku kepadaNya. Alhamdulillah…




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harapan dan Penyesalan

Rasanya aku sudah terlalu akrab dengan apa yang kita sebut sebagai "penyesalan". Sampai-sampai aku sudah tidak bisa lagi memunculkan harapan, hanya karena takut menyesal. Iya. Harapan. Sebelumnya aku berpikir, bahwa sumber dari penyesalan adalah harapan. Maka kalau tidak mau menyesal ya jangan berharap. Sampai akhirnya, aku baru menyadari. Bahwa tidak berharap, justru membuatku tetap menyesal pada akhirnya. Bahkan penyesalannya lebih besar. Bagaimana bisa? Aku coba kenali kembali seluruh skenario penyesalan yang pernah terjadi di dalam hidupku sampai detik ini. Skenario terbanyak mungkin seperti ini : ketika aku menginginkan suatu hal, tapi kenyataannya aku tidak pernah melakukan sedikit pun usaha untuk itu. Seknario lain : ketika aku memiliki keinginan, kemudian aku melakukan, tapi nyatanya apa yang aku lakukan adalah salah atau kurang tepat. Sehingga hasil yang aku peroleh tak sesuai dengan harapan. Dua skenario penyesalan tersebut yang aku rasa ada dalam kehi...

Yang Terbaik

Manusia hidup dengan keinginan. Mereka mempersiapkan segala sesuatu demi mewujudkan apa yang menjadi cita-cita mereka. Sebagian mendapatkan, sebagian tidak. Sebagian merasa gembira dengan perolehannya. Sebagian tidak. Merasa sedih dengan kegagalannya. Manusia memang dituntut untuk menyempurnakan usaha. Karena dengan begitu, kita bisa menjemput takdir Tuhan untuk kita. Genapkan usaha. Kemudian berserah. Rahasia terbesarnya ialah, apa yang menurut kita baik dalam pandangan kacamata manusia, ternyata belum tentu sejatinya baik. Sebaliknya, apa yang buruk menurut manusia, belum tentu sejatinya buruk.  Percayalah. Dengan begitu, semua yang kita hadapi dalam kehidupan ini, akan menjadi bentuk syukur kita kepadaNya. Tidak patut terlalu bergembira atas pemberian dariNya, juga tidak akan bersedih tentang apa yang luput dari keinginan kita. "Aku menjadi paham jika prasangkaku hanya sekedar prasangka. Tidak lebih. Dan kini kutemui, apa-apa yang terbaik itu tidak pernah ada da...