Langsung ke konten utama

Berlari


Tiba-tiba aku ingin berlari saat ini. Entah… mungkin sulit untuk menjelaskan dengan pasti bagaimana perasaanku saat ini. Tapi rasanya, berlari bisa memberiku suatu kelegaan tersendiri saat ini, barang sesaat saja, yang dengan itu aku bisa melupakan sejenak beban apa yang aku pikul detik ini. Pernah merasakan seperti itu?

Hidup memang seperti itu. Naik dan turun. Jatuh dan bangun. Terangkat melambung tinggi, bahkan hingga terpuruk jatuh ke palung yang dalam. Seperti itu kah memang sebuah drama kehidupan?

Rasanya aku ingin berlari saja. Melewatkan beberapa detik kehidupan yang menurutku, saat ini, mungkin aku tidak bisa menghadapinya. Inginku hanya melewatinya saja. Sudah demikian. Entah bagaimana pun hasilnya seperti apa. Itu urusan nanti. Paham maksutku? Mungkin itu alasannya aku ingin berlari saja.

Sungguh ironi. Mengingat di saat aku merasa, suatu ketika aku percaya aku bisa menghadapinya. Tapi kemudian, saat ini, berada pada perasaan seperti ini. Memalukan. Kau tau kan, kadang kita sulit untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan ke orang lain, termasuk orang terdekat kita, bahkan untuk urusan mendesak dan penting seperti ini.

Apa mungkin saat ini aku hanya perlu untuk menyendiri? Entahlah. Aku hanya ingin berlari saja saat ini. Tidak mempedulikan kanan dan kiri. Hingga sampai nafasku pun tersengal-sengal, kemudian terbaring di lapangan. Entah langit seperti apa yang akan terlihat nanti. Kemudian, sejenak aku pejamkan mata ini. Mengatur hela nafasku. Dan dunia pun seakan berhenti…

Entah apa yang terjadi nanti. Aku pikir nanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harapan dan Penyesalan

Rasanya aku sudah terlalu akrab dengan apa yang kita sebut sebagai "penyesalan". Sampai-sampai aku sudah tidak bisa lagi memunculkan harapan, hanya karena takut menyesal. Iya. Harapan. Sebelumnya aku berpikir, bahwa sumber dari penyesalan adalah harapan. Maka kalau tidak mau menyesal ya jangan berharap. Sampai akhirnya, aku baru menyadari. Bahwa tidak berharap, justru membuatku tetap menyesal pada akhirnya. Bahkan penyesalannya lebih besar. Bagaimana bisa? Aku coba kenali kembali seluruh skenario penyesalan yang pernah terjadi di dalam hidupku sampai detik ini. Skenario terbanyak mungkin seperti ini : ketika aku menginginkan suatu hal, tapi kenyataannya aku tidak pernah melakukan sedikit pun usaha untuk itu. Seknario lain : ketika aku memiliki keinginan, kemudian aku melakukan, tapi nyatanya apa yang aku lakukan adalah salah atau kurang tepat. Sehingga hasil yang aku peroleh tak sesuai dengan harapan. Dua skenario penyesalan tersebut yang aku rasa ada dalam kehi...

Yang Terbaik

Manusia hidup dengan keinginan. Mereka mempersiapkan segala sesuatu demi mewujudkan apa yang menjadi cita-cita mereka. Sebagian mendapatkan, sebagian tidak. Sebagian merasa gembira dengan perolehannya. Sebagian tidak. Merasa sedih dengan kegagalannya. Manusia memang dituntut untuk menyempurnakan usaha. Karena dengan begitu, kita bisa menjemput takdir Tuhan untuk kita. Genapkan usaha. Kemudian berserah. Rahasia terbesarnya ialah, apa yang menurut kita baik dalam pandangan kacamata manusia, ternyata belum tentu sejatinya baik. Sebaliknya, apa yang buruk menurut manusia, belum tentu sejatinya buruk.  Percayalah. Dengan begitu, semua yang kita hadapi dalam kehidupan ini, akan menjadi bentuk syukur kita kepadaNya. Tidak patut terlalu bergembira atas pemberian dariNya, juga tidak akan bersedih tentang apa yang luput dari keinginan kita. "Aku menjadi paham jika prasangkaku hanya sekedar prasangka. Tidak lebih. Dan kini kutemui, apa-apa yang terbaik itu tidak pernah ada da...