Ada hal yang berbeda.
Tak biasa.
Saat itu juga,
bermula perjalanan rasa.
Siapa yang
mengira, dengan mengenalmu, mampu memunculkan rasa.
Mungkin suka. Jika
dengan itu, jelas mengapa jantung terpacu saat bertemu. Mungkin juga cinta.
Jika dengannya, menjadi alasan untuk berani berkorban. Ataukah semata nafsu? Hanya
memberi belenggu, sementara waktu. Namun, bagaimana bisa hati ini rindu? Bahkan
untuk sekian waktu.
Sebut sajalah,
karena dirimu.
Tempat berangkat
rasa yang mengikat.
***
Karena dirimu, bagiku
adalah perlawanan.
Mengatakan mungkin
akan mengacaukan keadaan. Tak ada pilihan, kecuali memendam perasaan.
Membiarkannya mengalir bak air gunung yang menghilir. Laut jadi tujuan, kemarau
menjadi ancaman.
Karena dirimu, bagiku
adalah persiapan.
Tak bisa
asal-asalan. Karena aku tahu, Ayahmu butuh dasar untuk mengiyakan. Dan Ibumu
butuh akhlak jernih nan murni untuk merestui. Persoalan ini tidak mudah. Melelahkan,
tapi bukankah putri kerajaan ditakdirkan untuk seorang pangeran?
Apakah berjodoh?
Mungkin jodoh bagiku,
ialah saat diriku dan dirimu berada pada perjalanan rasa yang sama. Saat kita telah
sama-sama berangkat, dan melalui perlawanan serta persiapan. Kemudian tiba pada
momen yang membuat hati kita mengatakan “ya
inilah saatnya”. Dan kita sama-sama merasakan, satu rasa yang berbeda, tak
biasa, dan kita tahu mengapa. “Karena
dirimu.”
***
Untuk saat ini, teruntuk
dirimu yang membuatku memulai perjalanan ini, aku berharap kita berada dalam
perjalanan yang sama, hingga nanti tiba saatnya, ‘ya inilah saatnya’, kita putuskan untuk berlabuh dalam singgasana
rumah tangga.
Mari kita
pastikan. Perjalanan kita berangkat dan berakhir pada tempat dan saat yang
tepat. Ambil wudhu, siapkan diri. Sholatlah dan berdoa.
Dan untuk pertama kalinya, kusebut namamu dalam doa…
Komentar
Posting Komentar