“Apakah dia seseorang yang tepat untukku?”
Seseorang
bertanya seperti itu. Pun sama, terkadang saya juga mempertanyakan hal tersebut
di dalam benak saya mengenai seseorang. Pertanyaan itu menurutku wajar, toh Anda
juga pernah mengalaminya bukan? Sudah menjadi fitrah manusia untuk memiliki
perasaan, perasaan saling menyayangi, saling mencintai, dsb. Mungkin ada
saatnya, ketika kita menginjak fase tertentu dalam hidup kita, kemudian
pertanyaan seperti, “Apakah dia seseorang
yang tepat untukku?”, akan lebih sering menggema dan mengganggu pikiran
kita. Tatkala muncul di dalam kehidupan kita seseorang yang menurut kita, ia
menarik, ia memesona, dan ia mampu membuat kita tertawa, merasakan bahagia, dan
membuat kita merasakan yang berbeda ketika saat bersamanya. Setuju?
Lantas,
kembali ke pertanyaan tersebut. Apakah Anda sudah menemukan jawabannya? Mungkin
ketika kita mempertanyakan itu, hati kita diliputi oleh keraguan dan ketakutan.
Keraguan apakah benar-benar dia. Ketakutan apabila kita salah dalam memilih
seseorang. Dalam hal ini, saya berpendapat, bahwa ternyata untuk memutuskan
mencintai seseorang kita memang butuh sebuah keberanian. Pada awalnya, soal
mencintai itu mungkin dapat muncul dengan sendirinya, tanpa kita buat-buat.
Kemudian, perasaan tersebut dapat tumbuh seiring dengan waktu atau bahkan hilang
memudar. Pada akhirnya, akan tiba saat kita harus mengambil keputusan dalam
mencintai seseorang. Mencintai untuk menikahi. Mencintai itu membutuhkan
keberanian. Berani untuk menerima semua kekurangan yang ada pada dirinya, yang
bahkan kekurangan-kekurangan itu belum tampak saat ini, akan tetapi mungkin
akan tampak saat setelah menjalani pernikahan. Begitulah bahtera pernikahan.
Kedua insan yang tidaklah sempurna, karena memang tidak ada yang sempurna.
Tetapi kemudian, cinta di antara keduanya yang membuatnya sempurna. Cinta yang
mampu mengesampingkan keegoisan dan menerima seluruh kekurangan yang ada pada
pasangannya. Soal keberanian, apakah Anda berani mencintainya?
Dari
keseluruhan proses yang kita lalui, hendaknya hati kita dibekali dengan bekal
dasar agar hati ini mampu bekerja dengan baik. Apa itu? Sifat tawakal kepada
Allah. Perasaan ketergantungan kepada Allah. Karena kita pahami bahwa Allah Yang
Maha Mengetahui dan Allah lah yang akan menggerakkan hati para hamba-Nya. Tawakal
tersebut dapat kita wujudkan dengan melakukan istikharah. Sesuatu di depan
kita, yang kita tidak tahu bagaimana kesudahannya, tapi Allah Maha Mengetahui.
Nantinya Allah lah yang akan memberikan seseorang yang “tepat” untuk kita.
Karena yang terbaik itu bukan yang kita butuhkan, tetapi yang tepat itu lah
yang kita butuhkan. Terakhir, mari kita bungkus cinta kita dengan istikharah,
dan saat Anda melakukannya, takdir terbaik sedang menunggu Anda. Percayalah!
“Tidak akan kecewa orang yang
beristikharah, dan takkan menyesal orang yang bermusyawarah.” (HR Ahmad)
Ah masa?
BalasHapusAh masa?
BalasHapus