Wahai jiwa segeralah turun ke sini
Turunlah atau engkau akan dibenci
Biarkan mereka berteriak dan menghiba
Mengapa kulihat engkau tidak suka surga
Yang memegang
bendera saat itu adalah Zaid bin Haritsah, kekasih Rasulullah saw. Dia
bertempur dengan gagah berani dan heroik. Terus menerus bertempur tiada henti. Hampir tak
ada seorang pahlawan Islam pun yang mampu menandingi. Sampai seujung tombak
musuh harus menghujam diri dan akhirnya langkahnya pun terhenti. Terjerembab.
Tergeletak mati.
Bendera jatuh.
Tapi lantas diambil
oleh Ja’far bin Abu Thalib. Bertempur gagah berani. Meskipun harus terlempar
dari kudanya, tak membuatnya berhenti. Terus bertempur dan terus menerus. Sampai tangan kanannya harus terputus. Semangat yang
kian berkobar tak membuatnya lemah. Bendera itu dialihkan ke tangan kiri.
Kembali bertempur. Terus bertempur dan terus menerus. Sampai tangan kirinya pun
juga harus terputus. Tak mau gagal berkibar, bendera itu dia lilitkan di lengan
bagian atas yang masih tersisa dan terus mengibarkan bendera. Hingga gugur, tubuh
tertebas pedang musuh. Itulah yang menjadi pilihannya.
Kembali bendera jatuh.
Tapi tak lama,
Abdullah bin Rawahah mengambilnya. Memacu kudanya ke depan. Meski ragu sesaat,
ia mantapkan pilihannya. Ia turun mengambil pedang dan maju ke tengah
pertempuran. Terus bertempur hingga akhirnya pun gugur di medan.
Itu adalah sekelumit kisah perjuangan para
syuhada yang rela mengorbankan harta benda mereka, bahkan jiwa mereka demi
menegakkan kalimat tauhid ini.
Tidakkah kau
tahu?
Mereka yang
berguguran tidaklah bersedih hati.
Tidakkah kau
tahu?
Mereka yang
berguguran telah menemukan kebahagiaan sejati.
Mereka telah
memantapkan hati. Meski tahu luka tombak dan goresan pedang akan menghiasi diri.
Meski tahu nyawa menjadi risikonya. Tetapi mereka telah memantapkan hati. Tidak
peduli harus bercucuran keringat dan darah sekalipun. Tidak peduli kehilangan
suatu apapun. Mereka telah memilih. Berharap demi tegaknya agama ini.
Wahai
Saudaraku, tidakkah engaku iri? Kepada mereka yang telah menemukan kemuliaan
sejati. Tidaklah terhenti perjuangan ini. Layaknya bendera perang yang jatuh
dan berdiri. Berpindah tangan. Lalu jatuh dan berdiri kembali. Dan akan
berpindah tangan kembali. Maka seperti itulah perjuangan ini. Tidak akan
terhenti sampai hari akhir nanti. Ingat! Dengan atau tanpa kita, kejayaan agama
ini pasti akan kembali.
Wahai
Saudaraku, kita lah penerus perjuangan ini. Kita yang akan memikul beban ini. Kita
yang akan mengambil bendera itu kembali. Lantas, mengibarkannya di muka bumi
ini. Tentu syarat akan pengorbanan. Waktu yang tebuang, biarlah menjadi waktu
kita di surga nanti. Keringat yang bercucuran, biarlah terbayar dengan seteguk air
yang manisnya lebih dari madu dan putihnya lebih dari susu. Biarlah kelelahan
ini terbayar dengan dipan – dipan suci, tempat kita tidur nanti. Maka biarlah
segalanya yang akan dan telah tercurahkan demi tegaknya agama ini, menjadi
kebahagiaan sejati, bertemu dengan Allah nanti. :)
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Janganlah
kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati,
bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki (QS.
3:169)
Salam Dakwah
Komentar
Posting Komentar