Langsung ke konten utama

Tanam dan Tuai


Apa yang kamu tanam, itulah yang kamu tuai.
           


              Pepatah tua telah mengajarkan kita akan pelajaran kehidupan.  Ibaratnya seorang petani yang menanam padi, tentu akan menuai padi pada akhirnya. Tidak mungkin menuai mangga, jambu ataupun yang lain. Kebaikan dan keburukan pun berlaku seperti itu.
            Seorang pernah berujar, bahwa dunia ini tidak adil. Mengapa? Ia mengatakan, orang-orang baik, yang memiliki akhlak yang bagus, mulia dan terpuji justru tidak merasakan kebaikan yang ditanamnya. Ia berpandangan begitu dengan melihat orang-orang miskin di sekitarnya. Lantas dibandingkan dengan orang-orang kaya raya, justru merasakan kebaikan dunia ini dengan kemewahannya, padahal mereka sendiri memiliki akhlak yang buruk, eogis, lupa sholat, dan lainnya. Lalu? Bagaimana dengan konsep tanam dan tuai?
            Sejenak kita mengingat kepada apa yang disampaikan oleh pemilik dunia ini dan seisinya.

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
(QS. Al Zalzalah 7-8)
          
              Jelas sekali Allah terangkan bahwasannya, kepada siapa yang menanam suatu kebaikan, siapapun itu, dan sekecil apapun itu, Allah akan membalasnya. Mari kita belajar dari kisah fairy tale yang selalu berakhir dengan kebahagiaan. Menurutku, itu pun berlaku bagi dunia kita ini, karena Allah Maha Adil. Hanya saja, kalau kita menganggap dunia ini memang tidak adil, padahal kita sudah berbuat baik, mestinya kita sadar, kalau memang kisah fairy tale ini belum berakhir. Kita tau, kalau dunia ini bukanlah akhir segalanya. Jadi belum mencapai endingnya. Karena endingnya nanti adalah di akhirat sana. Ketika segalanya pasti akan berbalas dengan adil. ~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harga Sebuah Senyuman

Selalu ada hal-hal kecil yang begitu berharga, namun tak ternilai dengan harta. *** Senyuman itu tak berbiaya. Tetapi manfaatnya luar biasa. Memperkaya yang menerima. Tak memiskikankan pemberinya. Saat ini, jadilah aku pekerja, mencari cara untuk meminta senyuman berharga. Teristimewa dari orang-orang sekitar. Menghapus lara serta duka yang melingkar. Menyingkirkan kusut yang memberingsut. Sirna lelah karena masalah. Favorit! Hal itu akan menjadi pekerjaan kesukaanku nantinya. Bagaimana berupaya untuk membuatnya tersenyum. Lepas. Bahagia. Cantik. Orang bilang sebagai senyuman, senyuman yang begitu menenangkan. Memberikan kehangatan meski lisan tak terucapkan. Kelak nanti dalam sejarah cerita, senyuman itu akan selalu mengingatkan, bahwa di baliknya ada perjuangan berharga yang tidak ternilaikan, ada perasaan suci yang berusaha dijaga murni, sebaik-baiknya, selama-lamanya. Senyuman itu. Kelak, harus kujaga. Setiap terangnya hingga gelapnya. Bangunnya dan juga tidu

Segenap Kekurangan

Captured April 6, 2021 Menjalani kehidupan di jenjang yang berbeda membutuhkan penyesuaian. Dalam segala hal. Terlebih bagi seorang pasangan suami istri yang menjalani kehidupan 24 jam Bersama. Seperti halnya pasangan yang lain, sudah tentu masing-masing dari kami memiliki banyak kekurangan. Satu hal yang kupercaya, bahwa Allah SWT. mempertemukan kedua insan dalam bahtera rumah tangga, pasti keduanya dipertemukan untuk saling melengkapi kekurangan-kekurangan itu. Sampai detik ini, dengan segala kekuranganku yang terjaga dengan kelebihan istriku, aku berjanji untuk selalu mencoba menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menjadi seorang imam yang baik, seorang sahabat yang peduli, seorang teman yang baik bagi dirinya. Aku berjanji… Ah iya.. foto itu diambil saat piknik di Glamping Jogja. Dengan 2 buah sepeda lipat yang sudah jarang terpakai… :p Mudah-mudahan bisa terpakai lagi dengan latar foto yang berbeda 😊

Berbisik

Banyak lisan yang tak tersampaikan.  Masih banyak tulisan yang tersimpan. Pun dengan perbuatan yang tertahankan. Semua karena perasaan yang telah berdiri tegak di perbatasan. Bukan karena keraguan, hanya waktu yang akan membuktikan. Untuk setiap lisan, tulisan dan perbuatan yang tertuju untukmu, cobalah dengarkan bisikku. *** Ssssst! Teruslah memperbaiki diri. Itu pintaku padamu. Mengapa? Karena begitulah seharusnya. Biarkan yang memilikimu seutuhnya yang menentukan. Aku bukan Tuhan. Tak bisa seenakku, menentukan dirimu untukku, meskipun sebegitu besar keinginanku. Kelak Tuhan pasti akan memberikan padamu seseorang yang tepat.  Bukankah Tuhan Maha Mengetahui? Termasuk yang terbaik untuk dirimu kan? Kau tau, sering kali kuberpikir, betapa diriku masih tak pantas untuk bersanding denganmu. Banyak kekurangan dan kelemahanku yang tak kau ketahui. Kita belajar meletakkan pengharapan kepada Tuhan, bukan kepada selainnya. Lihatlah, tidak akan ada kekecewaan nantinya. Ka