Langsung ke konten utama

Be Special



            Beberapa hari yang lalu aku bersama temanku makan gudeg di gerbang belakang kampus. Bukan, di sini kami tidak ingin membahas tentang gudeg maupun penjualnya, tetapi yang lain. Sembari menikmati makanan, terlihat sesosok wanita dan pria yang saat itu juga hendak membeli makanan. Wanita itu, tinggi, masih muda, tapi sayang ada yang aneh dengannya. Saat itu ia mengenakan kaos bewarna kuning, dan celana yang sepertinya kekurangan bahan. Orang – orang mengenalnya dengan celana panas, maaf¸hot pants.
            Kemudian, lelaki yang bersamanya berjalan di belakangnya. Saya terkejut ketika wanita tadi menoleh ke belakang dan bertanya. “bapak mau makan apa?”. Dari situ aku tau, ternyata orang yang bersamanya itu adalah bapaknya. Berpenampilan gaya kantor, baju hem berdasi, dengan celana kain dan bersepatu. Sebuah pertanyaan terlintas di benak. “Oooh, ada ya bapak yang membiarkan anaknya membuka aurat..”
            Bagiku, ada dua kemungkinan untuk bapak tersebut. Pertama, dia tidak memiliki ilmunya, lantas tidak tahu bagian tubuh mana yang seharusnya ditutup. Tetapi, dari penampilannya yang ala kantor itu, saya pikir beliau bukan orang yang berpendidikan rendah. Maka, kemungkinan kedua, orang tersebut mengetahui atau mempunyai ilmunya namun sengaja tidak dilakukan, sehingga membiarkan anaknya berpenampilan seperti itu. Tentu, anak tersebut sebagai pelaku juga berlaku dua kemungkinan itu.
            Fenomena “pembukaan aurat” ini memang sering kita temui di jaman seperti ini. Sebagian orang mungkin beralasan bahwa model seperti itu yang lagi nge-trend. Setali tiga uang. Tidak jarang pula kita temui pelajar SMP maupun SMA yang sedang nongkrong ria di tepi jalan sambil merokok. Begitu bangga sepertinya mereka menghisap dan menghembuskan asap. Tersirat suatu kesombongan di sana. Mungkin mereka berpikiran kalau hal itu yang lagi nge-trend, sehingga membuat mereka merasa lebih dari yang lain. Termasuk hal lainnya, seperti “pacaran”. Hal ini tidak perlu dijelaskan lagi, semua orang pun sudah tau.

            Saudaraku…
Berhati – hatilah. Jangan sampai engkau terjebak. Suatu hal yang mungkin terlihat banyak dilakukan orang, itu belum tentu benar. Sekali lagi, yang banyak itu belum tentu benar. Tetaplah kepada kebenaran, walaupun engkau sendiri. Mungkin engkau akan menerima beribu – ribu celaan, juga hinaan. Tapi tetaplah tegar.

Jadilah spesial. Karena, hadiah spesial hanya untuk orang – orang spesial. 

Kelak, Allah SWT. akan menjanjikan surga kepada mereka yang senantiasa berpegang teguh kepada Islam, walaupun orang – orang di sekitarnya mengajaknya untuk berpaling. Wallahualam bishawab…

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”
(QS. Al An’am : 116)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wanita Beruntung

Kau tau siapa wanita paling beruntung di dunia ini? Itu adalah kamu. Tapi jika kamu mau bersamaku. *** Aku bukan lelaki yang kaya atau tajir seperti yang lainnya. Menyesal? Jangan salah. Aku percaya, soal rezeki sudah ada yang mengatur. Apa yang sudah ditakdirkan menjadi bagianku, sekecilpun itu tak akan berpindah. Tugasku hanya bekerja keras, seperti yang kulakukan sekarang. Keras dalam usaha, keras dalam berdoa. Toh kamu tau kan, kalau kekayaan itu bukan cuma soal harta. Dan siapa bilang orang kaya materi selalu bahagia? Aku mungkin lelaki yang konyol, sering ngebanyol seperti yang kamu tau tentang aku. Meremehkanku? Jangan salah. Aku juga bisa serius. Cuma perlu saat yang tepat. Kamu saja yang tidak melihatku di saat yang tepat. Aku beri tau ya, dunia ini ‘gak asik’ kalau terlalu serius. Bukannya kamu ingin lebih awet muda? Aku bukan lelaki tampan seperti lainnya. Menghinaku? Terserah. Siapa bilang aku tak bisa tampan? Mudah saja. Hanya butuh salon dan baju necis ...

Harapan dan Penyesalan

Rasanya aku sudah terlalu akrab dengan apa yang kita sebut sebagai "penyesalan". Sampai-sampai aku sudah tidak bisa lagi memunculkan harapan, hanya karena takut menyesal. Iya. Harapan. Sebelumnya aku berpikir, bahwa sumber dari penyesalan adalah harapan. Maka kalau tidak mau menyesal ya jangan berharap. Sampai akhirnya, aku baru menyadari. Bahwa tidak berharap, justru membuatku tetap menyesal pada akhirnya. Bahkan penyesalannya lebih besar. Bagaimana bisa? Aku coba kenali kembali seluruh skenario penyesalan yang pernah terjadi di dalam hidupku sampai detik ini. Skenario terbanyak mungkin seperti ini : ketika aku menginginkan suatu hal, tapi kenyataannya aku tidak pernah melakukan sedikit pun usaha untuk itu. Seknario lain : ketika aku memiliki keinginan, kemudian aku melakukan, tapi nyatanya apa yang aku lakukan adalah salah atau kurang tepat. Sehingga hasil yang aku peroleh tak sesuai dengan harapan. Dua skenario penyesalan tersebut yang aku rasa ada dalam kehi...