Langsung ke konten utama

Jarak

Tidak selamanya apa yang kita sebut sebagai 'jarak' memberikan sebuah persepsi yang negatif. Setidaknya itu yang aku sadari saat ini.

Jarak ini, yang aku lalui saat ini, adalah jarak terbaik yang pernah ada. Mengapa? Karena dengan jarak tersebut aku semakin menyadari bahwa aku masih perlu membenahi diri sendiri. Mendekat kepadamu saat ini rasanya hanya akan menghancurkan diri sendiri.

Tuhan yang tahu, alasan dan tujuan aku berjarak kepadamu. Maka biarkan, rindu ini kepadamu, aku titipkan kepada Tuhan. Dan aku yakin, Tuhan Yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya, termasuk dirimu. 

Rindu yang tersimpan rapi apabila ini terbaik untukmu, percayalah, akan sampai kepadamu. Jika tidak, tak mngapa, aku tetap menikmati kesendirianku dengan Tuhan. Karena dengan itu aku belajar untuk tetap berserah diri padaNya.

Jadi...tetaplah pada jarak tersebut. Biarkan aku mengamatimu dari jauh. Membiarkan engkau tumbuh laksana bunga indah yang menanti mekar di penghuhung waktunya. Sedangkan aku hanya seseorang yang sedang mempersiapkan lahan, agar kelak ketika aku memetikmu, aku tahu bagaimana mempertahankanmu, tumbuh dalam keindahan serta kebaikan...

Komentar

  1. The casino and sportsbook in Maryland is now available to
    The new gambling floor 태백 출장안마 in Maryland now offers a 익산 출장안마 casino floor 김천 출장샵 that 포항 출장샵 can accommodate all types of table games such 삼척 출장샵 as roulette, blackjack, and craps.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Rasa

Ada hal yang berbeda. Tak biasa. Saat itu juga, bermula perjalanan rasa. Siapa yang mengira, dengan mengenalmu, mampu memunculkan rasa. Mungkin suka. Jika dengan itu, jelas mengapa jantung terpacu saat bertemu. Mungkin juga cinta. Jika dengannya, menjadi alasan untuk berani berkorban. Ataukah semata nafsu? Hanya memberi belenggu, sementara waktu. Namun, bagaimana bisa hati ini rindu? Bahkan untuk sekian waktu. Sebut sajalah, karena dirimu. Tempat berangkat rasa yang mengikat. *** Karena dirimu, bagiku adalah perlawanan. Mengatakan mungkin akan mengacaukan keadaan. Tak ada pilihan, kecuali memendam perasaan. Membiarkannya mengalir bak air gunung yang menghilir. Laut jadi tujuan, kemarau menjadi ancaman. Karena dirimu, bagiku adalah persiapan. Tak bisa asal-asalan. Karena aku tahu, Ayahmu butuh dasar untuk mengiyakan. Dan Ibumu butuh akhlak jernih nan murni untuk merestui. Persoalan ini tidak mudah. Melelahkan, tapi bukankah putri kerajaan ditakdirkan unt...

Harapan dan Penyesalan

Rasanya aku sudah terlalu akrab dengan apa yang kita sebut sebagai "penyesalan". Sampai-sampai aku sudah tidak bisa lagi memunculkan harapan, hanya karena takut menyesal. Iya. Harapan. Sebelumnya aku berpikir, bahwa sumber dari penyesalan adalah harapan. Maka kalau tidak mau menyesal ya jangan berharap. Sampai akhirnya, aku baru menyadari. Bahwa tidak berharap, justru membuatku tetap menyesal pada akhirnya. Bahkan penyesalannya lebih besar. Bagaimana bisa? Aku coba kenali kembali seluruh skenario penyesalan yang pernah terjadi di dalam hidupku sampai detik ini. Skenario terbanyak mungkin seperti ini : ketika aku menginginkan suatu hal, tapi kenyataannya aku tidak pernah melakukan sedikit pun usaha untuk itu. Seknario lain : ketika aku memiliki keinginan, kemudian aku melakukan, tapi nyatanya apa yang aku lakukan adalah salah atau kurang tepat. Sehingga hasil yang aku peroleh tak sesuai dengan harapan. Dua skenario penyesalan tersebut yang aku rasa ada dalam kehi...

A Hope

Jika keyakinan adanya kehidupan lain setelah kehidupan di dunia ini terpatri, sungguh tidak akan ada ruang bagi kita untuk berhenti berharap Pernah mendengar suatu kisah tentang empat lilin? Mungkin kisah ini udah familiar sekali. Dalam suatu ruangan sunyi, ada empat buah lilin yang menyala, namun perlahan, sedikit demi sedikit habis meleleh. Karena begitu sunyinya, terdengarlah percakapan antara mereka. Lilin yang pertama berkata “Aku adalah DAMAI.” “Namun manusia tak lagi mampu menjagaku, maka lebih baik aku mematikan saja diriku..”. Demikian, sedikit demi sedikit sang lilin pun padam. Tersisalah tiga lilin yang masih menyala. Kemudian berkatalah lilin yang kedua, “Aku adalah IMAN.” “Namun sayang, manusia tak mau mengenaliku.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya. Tersisalah dua lilin yang masih menyala. Kemudian berkatalah lilin yang ketiga, “Aku adalah CINTA.” “Tak mampu lagi aku tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapk...