Langsung ke konten utama

Jalan Surga



Derap langkah terbata-bata
Melawan deras seretan arus
Kerikil-kerikil nan tajam bertebaran
Hujan-hujan pun berjejak
Kubangan menjadi ranjau penjuru jalan
Sepanjang jalan derita menjadi makanan
peluh resah bertemu dengan kesedihan
Menawarkan mata untuk meneteskan
Mungkin tidak banyak yang bertahan
Ketika harta bukan menjadi pilihan
Pangkat bukan menjadi tujuan
Pujian tidak menjadi kebutuhan
Justru mensyaratkan pengorbanan
Saat-saat para pejalan mulai berguguran
Namun tidak bagi mereka yang bertahan
Bahkan meskinyawa menjadi taruhan
Ketika pemandangan ujung jalan menjadi tawaran
Sebuah kenikmatan tidak terbayangkan
Tidak pernah terlintas dalam pikiran
Tidak tergambarkan dan tidak pernah didengarkan
Inilah sebuah jalan
Jalan setapak menuju kemenangan
Begitu panjang dan melelahkan
Mungkin tidak banyak yang bertahan

Perkenalkan
inilah sebuah jalan
jalan surga, jalan kemenangan



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harapan dan Penyesalan

Rasanya aku sudah terlalu akrab dengan apa yang kita sebut sebagai "penyesalan". Sampai-sampai aku sudah tidak bisa lagi memunculkan harapan, hanya karena takut menyesal. Iya. Harapan. Sebelumnya aku berpikir, bahwa sumber dari penyesalan adalah harapan. Maka kalau tidak mau menyesal ya jangan berharap. Sampai akhirnya, aku baru menyadari. Bahwa tidak berharap, justru membuatku tetap menyesal pada akhirnya. Bahkan penyesalannya lebih besar. Bagaimana bisa? Aku coba kenali kembali seluruh skenario penyesalan yang pernah terjadi di dalam hidupku sampai detik ini. Skenario terbanyak mungkin seperti ini : ketika aku menginginkan suatu hal, tapi kenyataannya aku tidak pernah melakukan sedikit pun usaha untuk itu. Seknario lain : ketika aku memiliki keinginan, kemudian aku melakukan, tapi nyatanya apa yang aku lakukan adalah salah atau kurang tepat. Sehingga hasil yang aku peroleh tak sesuai dengan harapan. Dua skenario penyesalan tersebut yang aku rasa ada dalam kehi...

Yang Terbaik

Manusia hidup dengan keinginan. Mereka mempersiapkan segala sesuatu demi mewujudkan apa yang menjadi cita-cita mereka. Sebagian mendapatkan, sebagian tidak. Sebagian merasa gembira dengan perolehannya. Sebagian tidak. Merasa sedih dengan kegagalannya. Manusia memang dituntut untuk menyempurnakan usaha. Karena dengan begitu, kita bisa menjemput takdir Tuhan untuk kita. Genapkan usaha. Kemudian berserah. Rahasia terbesarnya ialah, apa yang menurut kita baik dalam pandangan kacamata manusia, ternyata belum tentu sejatinya baik. Sebaliknya, apa yang buruk menurut manusia, belum tentu sejatinya buruk.  Percayalah. Dengan begitu, semua yang kita hadapi dalam kehidupan ini, akan menjadi bentuk syukur kita kepadaNya. Tidak patut terlalu bergembira atas pemberian dariNya, juga tidak akan bersedih tentang apa yang luput dari keinginan kita. "Aku menjadi paham jika prasangkaku hanya sekedar prasangka. Tidak lebih. Dan kini kutemui, apa-apa yang terbaik itu tidak pernah ada da...