Banyak lisan
yang tak tersampaikan. Masih banyak tulisan
yang tersimpan. Pun dengan perbuatan yang tertahankan. Semua karena perasaan
yang telah berdiri tegak di perbatasan. Bukan karena keraguan, hanya waktu yang
akan membuktikan.
Untuk setiap lisan,
tulisan dan perbuatan yang tertuju untukmu, cobalah dengarkan bisikku.
***
Ssssst!
Teruslah
memperbaiki diri.
Itu pintaku
padamu. Mengapa? Karena begitulah seharusnya.
Biarkan yang
memilikimu seutuhnya yang menentukan. Aku bukan Tuhan. Tak bisa seenakku, menentukan
dirimu untukku, meskipun sebegitu besar keinginanku. Kelak Tuhan pasti akan memberikan
padamu seseorang yang tepat. Bukankah
Tuhan Maha Mengetahui? Termasuk yang terbaik untuk dirimu kan? Kau tau, sering
kali kuberpikir, betapa diriku masih tak pantas untuk bersanding denganmu.
Banyak kekurangan dan kelemahanku yang tak kau ketahui.
Kita belajar
meletakkan pengharapan kepada Tuhan, bukan kepada selainnya. Lihatlah, tidak akan
ada kekecewaan nantinya. Kau juga bilang, kita harus bersiap untuk segala
kemungkinan kan? Jadi, tetaplah di perbatasan, sebagaimana yang Tuhan tetapkan.
Agar kelak, Tuhan benar-benar ridho, bila suratan takdir membuat kita bersatu
dalam mahligai pernikahan.
Ssssst!
Cinta sejati itu
sederhana.
Aku ingin
membuatnya begitu. Kita buat sederhana, semoga menjadi yang sejati. Bak penyair
katakan, “dengan kata yang tak sempat
diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan
sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang
menjadikannya tiada”
***
Apa kamu dengar?
Bisikku setiap kali bertemu.
I’ am on my way to be deserved.
To be with you…
Komentar
Posting Komentar